BITUNG, JURNALHIMPASUS.COM – Kebijakan Wali Kota Bitung meliburkan seluruh sekolah pada Rabu (03/09/2025) dinilai sebagai langkah konyol dan memalukan. Hanya karena aksi yang di taksir sekitar 300 demonstran di depan Gedung DPRD, seluruh aktivitas belajar-mengajar se-Kota Bitung dipaksa berhenti.
Keputusan sembrono ini jelas memperlihatkan wajah pemerintahan yang panik, tidak rasional, dan gagal memahami skala masalah. Aksi massa memang berpusat di DPRD, namun mengapa sekolah di Girian, Madidir, Aertembaga, hingga pulau Lembeh ikut jadi korban? Apakah pemerintah kota sudah kehilangan akal sehat dalam mengambil keputusan?
“Ini kebijakan asal-asalan! Anak-anak jadi korban dari kepanikan pejabat. Kalau alasannya keamanan, cukup sekolah dekat lokasi demo yang diantisipasi. Meliburkan semua sekolah se-Kota Bitung jelas bentuk kemalasan berpikir,” tegas seorang pemerhati pendidikan di Bitung.
Banyak orang tua murid juga meluapkan kekecewaan. Mereka menilai Pemkot Bitung tidak punya kendali, justru memilih cara instan dengan menutup total sekolah. “Ini pemerintah yang memilih gampangnya saja. Bukannya melindungi pendidikan, malah mengorbankan masa depan anak-anak,” ujar salah satu wali murid dengan nada kesal.
Kebijakan ngawur ini memperlihatkan betapa rapuhnya nyali pemimpin daerah, yang ketakutan berlebihan menghadapi ratusan massa. Alih-alih berdiri tegas menjaga ketertiban, pemerintah justru tunduk pada bayangan ancaman yang sebenarnya bisa dikendalikan.
Publik pun bertanya-tanya: apakah Wali Kota Bitung masih mampu memimpin dengan kepala dingin, atau justru sibuk membuat keputusan gegabah yang membakar kepercayaan rakyat?
Hingga berita ini diturunkan, Wali Kota Bitung bungkam dan belum memberi penjelasan memadai soal alasan meliburkan sekolah secara massal. (Aldi)
