BITUNG, JURNALHIMPASUS.COM – Di tengah semangat Kapolres Bitung AKBP Albert Zai, SIK, MH yang gencar berkampanye menjaga ketahanan pangan nasional lewat aksi tanam bibit jagung, justru muncul ironi tajam dari jajaran bawahannya. Kapolsek Maesa, Ferry Padama, kini disorot tajam atas dugaan keterlibatannya dalam praktik kotor pembiaran aktivitas pasir ilegal, lengkap dengan distribusi uang koordinasi kepada sejumlah wartawan.
Tak tanggung-tanggung, berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun tim investigasi media ini, setiap wartawan diberikan uang sebesar Rp200 ribu. Uang itu disebut sebagai “uang koordinasi” agar pemberitaan terkait aktivitas ilegal tersebut tidak muncul ke publik.
Yang lebih mengejutkan, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Kapolsek Maesa Ferry Padama tak membantah. Ia bahkan mengakui pembagian uang tersebut dan meminta awak media yang belum kebagian agar “menunggu hingga Jumat” karena, menurutnya, dana tahap awal sudah habis.
Pernyataan dan tindakan ini menjadi tamparan keras terhadap institusi kepolisian. Di saat Kapolres sibuk bercocok tanam demi ketahanan pangan, justru anak buahnya diduga tengah “bercocok tanam skandal” yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap Polri.
Menanggapi hal ini, Aktivis Rizal, secara tegas mendesak Divisi Propam Polda Sulawesi Utara untuk segera turun tangan. Menurutnya, pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan terhadap Kapolsek Maesa atas dugaan kuat pelanggaran etik, pembiaran kejahatan lingkungan, dan tindakan yang merusak integritas profesi jurnalis.
“Jika unsur-unsur pelanggaran etik terbukti, tidak cukup hanya dengan teguran. Kapolsek Ferry Padama harus dijatuhi sanksi tegas hingga pemecatan, karena telah mencederai kepercayaan publik dan mempermalukan institusi,” tegas aktivis rizal
Masyarakat kini menanti langkah nyata. Apakah Polri akan bersikap tegas terhadap anggotanya yang menyimpang, Ataukah akan terus membiarkan praktik “koordinasi kotor” menjalar, membungkam media, dan melindungi kejahatan. Satu hal yang pasti, kepercayaan publik tidak dibangun dengan jagung, tapi dengan keadilan. (Aldi)